"Profesionalisme"
Dalam kondisi baik ataupun buruk, selalu menyimpan peluang untuk berkembang dan meraih keberhasilan. Kesempatan adalah fondasi dari keberhasilan. Mengenali dan memanfaatkan setiap peluang yang ada di sekitar kita adalah kunci untuk mencapai 10 ribu jam terbang yang dibutuhkan untuk menjadi profesional.
Sedangkan, untuk menjadi seseorang profesional yang mumpuni, dibutuhkan dedikasi yang luar biasa, termasuk 10 ribu jam terbang, 10 ribu kali uji coba, dan 10 ribu kali latihan. Oleh karena itu, pondasi keberhasilan adalah kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut. Ada beberapa kondisi yang menguntungkan seseorang dalam meraih kesempatan, dan setiap kondisi ini memainkan peran penting dalam membentuk jalan menuju kesuksesan.
Pertama adalah waktu. Ada periode tertentu yang membuka peluang untuk memperoleh kesempatan. Misalnya, di Indonesia, orang yang lahir sebelum tahun 1945 mempunyai kesempatan untuk menempa diri dalam peperangan. Masa-masa sulit ini tidak hanya membentuk karakter, tetapi juga memberikan pengalaman langsung yang sangat berharga.
Orang yang lahir pada akhir tahun 1970-an, saat mereka menjelang dewasa, mendapatkan kesempatan untuk mengasah naluri politik melalui pemikiran kritis, demonstrasi, dan pemberontakan, sehingga banyak yang menjadi politisi handal. Periode Reformasi, misalnya, menjadi ladang pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami politik dan aktivisme secara langsung.
Kedua adalah ruang atau tempat tertentu bisa memberi kesempatan yang baik untuk menjadi profesional misalnya: di kota-kota melalui lembaga pendidikan, perpustakaan, dan universitas memberikan peluang kepada seseorang untuk menjadi cendekiawan.
Di Yogyakarta dan Bandung–misalnya--terkenal sebagai pusat pendidikan dan kreativitas. Lingkungan akademis ini memberikan akses tidak hanya ke sumber daya intelektual, tetapi juga ke jaringan profesional yang dapat membuka banyak pintu kesempatan.
Di kota-kota ini, seseorang dapat dengan mudah terlibat dalam diskusi akademis, seminar, dan lokakarya yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Ketiga adalah keluarga memberikan ruang untuk meraih kesempatan. Anak-anak dari keluarga priyayi keraton, misalnya, mendapat kesempatan untuk belajar menjadi pemimpin, mendalami ilmu, dan bergaul atau bernegosiasi dengan kalangan atas.
Keluarga sering kali menjadi lingkungan pertama dan terpenting yang membentuk nilai-nilai dan etos kerja seseorang. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mementingkan pendidikan cenderung memiliki akses lebih besar ke sumber daya yang mendukung perkembangan akademis dan profesionalitas mereka.
Keempat adalah lingkungan atau komunitas tempat kita hidup memberi ruang untuk berkembang. Orang yang hidup di lingkungan kreatif, seperti di Bandung atau Yogyakarta, mendapat kesempatan untuk menjadi manusia kreatif di bidang usaha, seni, pendidikan, dan berbagai bidang lainnya.
Lingkungan yang dinamis dan penuh inovasi ini mendorong individu untuk berpikir out-of-the-box dan mengambil risiko yang mungkin tidak akan mereka ambil di lingkungan yang lebih konservatif. Komunitas yang mendukung dapat memberikan inspirasi dan motivasi yang tak ternilai harganya.
Namun, pertanyaannya adalah apakah kita harus menyerah dengan keterbatasan kesempatan?
Tentu tidak. Rumus dasar atau paradigmanya adalah bahwa setiap ruang, waktu, keluarga, dan lingkungan memberi kesempatan tertentu.
Tidak ada yang tidak memiliki kesempatan. Keluarga miskin memberi kesempatan untuk menjunjung tinggi nilai kerja keras dan pantang menyerah. Kehidupan di kampung memberi kesempatan untuk hidup selaras dengan alam dan menjalin pergaulan kemanusiaan yang akrab.
Orang yang tidak berpendidikan formal yang hidupnya ditempa oleh kerasnya jalanan mendapat kesempatan untuk belajar dari keras dan liarnya kehidupan.
Yang dibutuhkan oleh kita adalah kesadaran akan ruang dan waktu serta kesempatan yang ada di dalamnya, dan memanfaatkan kesempatan tersebut secara optimal.
Baca juga:
Tony Rosyid: Komunikasi Yes, Koalisi No
|
Kesadaran ini harus diiringi dengan kemampuan untuk melihat peluang di setiap situasi, bahkan dalam kondisi yang tampak tidak ideal, misalnya: seseorang yang tumbuh dalam keluarga miskin mungkin tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi, tetapi mereka dapat belajar tentang kerja keras, ketekunan, dan kreativitas dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Setiap kondisi baik ataupun buruk, selalu menyimpan peluang untuk berkembang dan meraih keberhasilan. Kesempatan adalah fondasi dari keberhasilan. Mengenali dan memanfaatkan setiap peluang yang ada di sekitar kita adalah kunci untuk mencapai 10 ribu jam terbang yang dibutuhkan untuk menjadi profesional.
Dengan kesadaran dan ketekunan, setiap orang dapat meraih kesempatan dan mencapai kesuksesan. Dalam setiap hambatan terdapat peluang tersembunyi, dan dalam setiap peluang terdapat potensi untuk mencapai sesuatu yang luar biasa. Keberhasilan adalah tentang melihat peluang di mana orang lain hanya melihat masalah dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk belajar dan berkembang.(**)
Oleh: Suheryana Bae